Martutu aek [1] adalah pembabtisan
dengan air kepada seorang anak yang baru lahir (sekitar usia tujuh hari) dengan
membawanya ke homban (mata air di tengah ladang), kemudian dilanjutkan
dengan acara adat memberikan nama bayi. Si ibu menggendong anaknya
dengan ulos ragi idup didampingi oleh ayahnya beserta kerabat, sanak
saudara. Bila bayinya laki-laki turut di bawa hujur (tombak) sebagai simbol
laki-laki, jika
perempuan baliga (perkakas
tenun berbentuk seperti sisir). Tiba di tepi homban, bayi diletakkan di atas gundukan pasir, dibentangkan beralaskan ulos
gendongan.
Datu menciduk air dan memandikan bayi dalam
keadaan telanjang. Diiringi tangis bayi, diucapkan: “sai lam
tu toropnama soara ni anak dohot boru tu joloan on“ (semoga makin ramai
suara anak dan boru di masa mendatang)
maksudnya sebagai pengharapan agar keturunan suku Batak semakin banyak, baik
laki-laki dan perempuan.
Bayi kemudian dibawa kembali ke
rumah, dilanjutkan dengan acara pemberian nama. Nama dipertimbangkan
dengan cermat, karena Suku Batak meyakini nama dan tondi [2] harus
sejalan. Jika mambuat goar ni Ompu atau membuat
nama seperti nama Ompung atau leluhurnya, harus mendapat persetujuan dari
seluruh keturunan saompu (satu leluhur). Setelah mendapat doa restu
keluarga dan sanak saudara, maka syahlah nama anak tersebut, dilanjut makan
bersama seluruh keluarga sebagai ungkapan syukur.
______________________________Klik juga [1] Adat Batak dan Kristen II dan [2] Tondi
Sumber Artikel : Blog Haposan Bakara
No comments:
Post a Comment