Marsuap artinya mencuci muka dengan air bersih. Pada tradisi Batak, ada suatu acara marsuap ketika berziarah di kuburan (udean) sebagai penutup, setelah terlebih dahulu memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa.
Marsuap sebagai kegiatan simbolik yang bermakna: "nunga salpu angka na lungun (sudah berlalu segala kesedihan) tertinggallah sampai di situ.... Segala ratap tangis, keluh kesah, luapan emosi telah ditumpahkan. "Nunga salpu holso/nahinolso ni roha (sudah berlalu segala kekhawatiran atau kecemasan di hati)" dengan harapan "ro ma angka na jagar mulai di tingki on sahat ro tu joloan ari" (akan tibalah segala yang elok, sejak kini dan di hari mendatang).
Marsuap sebagai kegiatan simbolik yang bermakna: "nunga salpu angka na lungun (sudah berlalu segala kesedihan) tertinggallah sampai di situ.... Segala ratap tangis, keluh kesah, luapan emosi telah ditumpahkan. "Nunga salpu holso/nahinolso ni roha (sudah berlalu segala kekhawatiran atau kecemasan di hati)" dengan harapan "ro ma angka na jagar mulai di tingki on sahat ro tu joloan ari" (akan tibalah segala yang elok, sejak kini dan di hari mendatang).
Selanjutnya hikmah dari ziarah:
- Mengenang almarhum semasa hidupnya, sehingga apa yang baik semasa hidupnya untuk diteladani,
- Segala pesan, amanah dan nasihat baik semasa hidupnya dapat dilaksanakan di tengah kehidupan,
- Segala harapan dan cita-cita luhur yang belum terwujud semasa hidupnya untuk dilanjutkan dan diraih oleh generasi keturunannya.
- Menghargai dan mensyukuri nilai-nilai kehidupan dengan semangat untuk semakin lebih baik serta berguna bagi keluarga dan sesama.
Menurut
kepercayaan Batak kuno bahwa seseorang yang meninggal "telah bersuka
cita, dipanggil Sang Penciptanya, untuk tinggal di sisiNya (nunga sonang be ibana..., dijou Na Punasa i, tu lambung Na i). Itulah roh yang suci (tondi na badia) yang memberikan nafas kehidupan, kembali kepada Khalik-nya, tidak lagi berhubungan dengan manusia hidup. Yang tinggal adalah sumangot "na manggomgom" yang masih mempunyai tugas untuk mengawasi kehidupan keturunannya yang mengingat dan menghargai leluhurnya. Begitulah (botima).
____________
No comments:
Post a Comment