Dalam berbagai perbincangan atau suatu topik
diskusi tentang “Gender” pada budaya Batak, beberapa di antaranya
menganggap “wanita” mendapat posisi yang tidak setara dengan “pria”.
Berbeda dengan pendapat tersebut, diskusi ini memandang bahwa Suku
Batak sangat menghormati dan
menghargai kaum wanita, dan wanita mempunyai kedudukan yang sama dengan
pria sesuai dengan tata aturannya, diantaranya:
1. Pada mitologi, kisah asal mula
manusia di bumi Batak (Banua Tonga), tokoh sentral yang membentuk daratan dan
menyemaikan benih kehidupan adalah seorang wanita, yaitu Siboru Deang Parujar
(Siboru Dea);
2. Pada konsep dewata, selaku manusia
pertama di Banua Ginjang, lahir 3 (tiga) wanita, dengan urutan:
a). Siboru Parmeme
b). Siboru Panuturi
c). Siboru Parorot
Jika dimaknai maka, nama atau gelar wanita tersebut
mempunyai tugas penting untuk kehidupan manusia:
a). Parmeme = yang mengunyahkan makanan untuk
diberikan kepada anak kecil. Marmemehon artinya juga mengajarkan dengan
memberikan contoh teladan.
b).
Panuturi = penasihat. Manuturi = memberikan pengajaran tentang
sikap, budi pekerti, tata etika dan
perilaku.
c).
Parorot = pelindung, penjaga, pengasuh, pengawas anak-anak
3. Dari istilah-istilah untuk “isteri”
jika dimaknai, bahwa seorang wanita memegang tugas, kewajiban dan peran penting
bagi masa depan keluarga dan keturunan Batak, mempunyai kesetaraan dengan pria,
dan bagaimana budaya Batak menghargai “wanita” di tengah keluarga inti dan
masyarakat social.
4. Dari segi harta warisan, hak atas
tanah memang untuk anak (keturunan laki-laki), karena wanita kelak kan menikah
maka keturunannya akan mengikuti marga suaminya. Warisan untuk wanita biasanya
berupa: pemberian ibunya sewaktu si wanita masih gadis, dapat berupa pakaian
atau emas perhiasan.
Hak wanita atas tanah bisa diperoleh dalam bentuk
a. Silehon-lehon (hadiah), pemberian sawah dari orangtuanya
b. Pauseang, tanah yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan untuk putrinya atau menantunya sebagai pertanda kasih sayang.
5. Pada upacara religi, baik martutu aek, mangalontik ippon, atau upacara pemakaman, upacara adat terhadap wanita mempunyai perlakuan dan kedudukan sama halnya dengan pria.
6. Dalam kegiatan ulaon-ulaon adat, parhobas, yang mempersiapkan dan melayani acara, termasuk menghidangkan makanan juga dilakukan oleh pria dan wanita secara bersama-sama.
__________________
Klik juga di sini: Mitologi Lahirnya Manusia Pertama Batak, Siboru Deang Parujar, Makna Isteri dalam Budaya Batak Toba, Mangalontik Ippon,
No comments:
Post a Comment