Mangalontik ipon merupakan ritual Batak Tradisional yaitu: meratakan gigi sebagai
tanda bahwa seorang anak laki-laki atau perempuan telah memasuki kedewasaan dan meninggalkan masa
kanak-kanaknya.
Gigi (seri dan taring) dipahat dan diratakan dengan kikir lalu diolesi getah baja (sejenis tanaman berwarna
hitam) sambil di asap-asapin, untuk mengurangi rasa ngilu dan mencegah infeksi. Setelah marlontik (bergigi yang sudah dipahat) itu mereka menjalani masa robu (berpantang), guna pemulihan kesehatan gigi. Mereka hanya mengkonsumsi makanan tertentu dan tidak
diperkenankan ke luar rumah selama tujuh hari.
Lewat masa robu seorang pemuda maupun pemudi sudah bebas marnapuran (mengunyah sirih) di depan umum. Pada suku Batak tradisional memang marnapuran berlaku bagi perempuan dan
laki-laki. Dengan marnapuran, bibir
tampak memerah begitu juga gigi.
Pengaruh getah
baja mengakibatkan pinggir gigi dekat celah antar gigi menjadi kehitaman. Warna gigi yang merah dan kehitaman seperti
itu merupakan "kebanggaan dan pesona tersendiri" di masa itu. Jika sudah diperkenankan marnapuran di depan umum, mereka dianggap telah dewasa dan berhak martandang atau berkunjung untuk berkenalan dan mencari pasangan hidup.
___________________
Baca juga tulisan yang bertautan "Mangalontik Ipon" dengan klik pada : Adat Batak dan Kristen II dan Sirih
Kamus: lontik (dibaca: marlottik) = pahat, kikir, mangalontik (dibaca: mangalottik) = mengikir/memahat gigi; ipon = gigi.
No comments:
Post a Comment