Jika
ditelusuri silsilah (tarombo) keturunan Si Raja Batak, marga belum
muncul pada generasi putranya. Penyandang marga kepada keturunannya,
dimulai dari cucu si Raja Batak (generasi ke-3), putra ke 3, 4 dan 5
Guru Tatea Bulan. Kemudian dari garis keturunan Raja Isumbaon baru
muncul pada generasi ke-5 dari keturunan Tuan Sorbadijulu dan Tuan
Sorbadibanua dan generasi ke-6 cucu dari Sorbadijae, sebagaimana pada
uraian berikut:
Munculnya Marga Batak
pada Silsilah Si Raja Batak
:
Generasi 2 : Putra Raja Batak
1. Guru Tatea Bulan, 2. Raja Isumbaon
Generasi 3 : Putra dari Guru Tatea Bulan: Putra dari Raja Isumbaon:
1. Raja Biak-biak 1. Sorimangaraja
2. Saribu Raja 2. Raja Asiasi
3. Limbong 3. Sangkar Somalidang
4. Sagala Keterangan:Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang pergi
5. Malau merantau tidak menurunkan marga Batak.
Generasi 4 : Putra Sorimangaraja:
1. Raja Sorbadijulu (Nai Ambaton)
3. Tuan Sorbadibanua (Nai Suanon)
Generasi 5 : Cucu Sorimangaraja dari
Generasi 5 : Cucu Sorimangaraja dari
1. Keturunan Sorbadijulu:
1. Simbolon
2. Tamba
3. Saragi *)
4. Munte *)
2. Keturunan Sorbadijae **)
- Mangatur
- Mangarerak
3. Keturunan Tuan Sorbadibanua
1. Sibagot Ni Pohan (Pohan)
2. Sipaettua
3. Silahi Sabungan (Silalahi)
4. Si Raja Oloan
5. Si Huta Lima
6. Si Raja Sobu (Sobu)
7. Naipospos
Generasi 6 : Keturunan dari Raja Mangatur
1. Sitorus
2. Sirait
3. Sibutar (Butar-butar)
_______________________________________________________________________________
Keterangan : Warna Merah sebagai awal munculnya marga
Catatan : Perlu masukan dan diluruskan karena terdapat perbedaan pendapat, yaitu:
*) antara Saragi dan Munte (siapa yang siampudan?)
**) Menurut sumber lain:
a) Sorbadijae disebut juga Raja Mangarerak mempunyai putra R. Mardopang;
b) Pendapat lain: Putra Sorbadijae bernama Raja Mangarerak, dari putra ini lahir
Manurung
_______________________________________________________________________________
Mengapa
demikian? Adanya marga-marga ini bermula dari "konflik" internal
keluarga Guru Tatea Bulan, yakni pada "turi-turian" tentang incest Saribu
Raja dengan saudari kembarnya Siboru Pareme, sehingga adik-adiknya
Limbong, Sagala dan Malau bersepakat agar peristiwa ini tidak terulang
kembali pada keturunannya.
Begitu juga incest antara
Siboru Pareme dengan putranya Si Raja Lontung, di mana Si Raja Lontung
tidak mengetahui bahwa wanita yang dijumpainya adalah ibu kandungnya
sendiri. Oleh karena itu maka dipesankan: "Jolo tinitip sanggar bahen huru-huruan, jolo sinungkun marga asa binoto partuturan," *)
"Kemungkinan"
kisah di belahan Guru Tatea Bulan ini sebagai latar belakang dan
"isyarat" untuk tidak terjadi "perkawinan" sedarah, sehingga perlu "marga" **)
sebagai identitas melekat pada suatu garis keturunan yang sama, dan
tradisi ini diikuti juga oleh pihak keturunan Raja Isumbaon yang bermula
pada generasi ke-5.
_________________________
*) Klik disini: Sanggar, dan **) Tentang Marga: Marga,
Artikel : Blog Haposan Bakara
No comments:
Post a Comment