Umpasa Batak:
"Dangka do dupang, amak do rere.
Ama
do Tulang, Anak do Bere."
Terjemahannya: cabang pohon (dupang) juga adalah dahan
(dangka/dibaca: dakka), tikar butut (rere) juga adalah tikar (amak) [1], Paman itu merupakah Ayah, begitupun keponakan (bere) [2] adalah anak (laki-laki).
Dalam kebiasaan suku Batak, umumnya seorang Tulang sangat
sayang dan perhatian kepada bere-nya, seperti kepada anak
kandungnya sendiri. Tulang bebas memerintah/menyuruh berenya mengerjakan
sesuatu, sebaliknya Tulang akan sulit menolak permintaan
berenya. Bere bahkan lebih bermanja-manja kepada Tulangnya
dibanding kepada orangtuanya, oleh karena itu bere akan
berusaha untuk mengambil hati Tulang.
Bagaimana hubungan khusus Bere dengan Tulang? Jika Amang (Damang) adalah parsinuan atau yang menanamkan "bibit" (ayah biologis) sedangkan Inong (Dainang) adalah pangintubu (yang mengandung dan melahirkan). Seorang ibu atau isteri dari marga disebut juga paniaran [3] yakni yang melahirkan generasi marga. Ketika anak berada di kandungan "sa-mudar" (satu aliran darah) dengan ibu yang mengandungnya, sehingga darah yang mengalir dalam diri si anak adalah darah yang sama mengalir dalam diri Tulang-nya, selaku saudara kandung ibunya. Hal ini juga yang menjadi salah satu dasar dalam adat dan tradisi Batak untuk menghormati kelompok Hula-hula (somba marhula-hula). Hula-hula dikatakan sebagai berkat "pemberi kehidupan," karena parhitean (perantara) pemberi kelahiran (pangintubu) kehidupan baru anak marga [4].
Kedekatan Bere dan Tulang diharapkan berkesinambungan dalam bentuk "perkawinan ideal" yaitu menikah dengan pariban atau "marboru ni Tulang" [5].
________________
Uraian terkait yang lebih rinci klik di : [1] Tikar, [2] Tutur, [3] Makna Isteri dalam Budaya Batak Toba [4] Dalihan Na Tolu, [5] Pariban,
Sumber Artikel : Blog Haposan Bakara
Sumber Artikel : Blog Haposan Bakara
No comments:
Post a Comment