Martandang adalah
tradisi pemuda Batak kuno untuk berkunjung atau mendatangi rumah gadis di luar huta (kampung)* si pemuda dalam rangka
berkenalan untuk mendapatkan jodoh. Martandang dilakukan beberapa pemuda
bersama-sama, dan para pemudi juga akan memanggil teman-temannya, berkumpul
bersama menghadapi para pemuda. Martandang sebagai masa perkenalan diselingi
senda gurau sambil menjajagi pribadi dan isi hati masing-masing dan dilakukan
di alaman ruma (halaman rumah) atau di dalam
rumah di bawah pengawasan orang tua.
Martandang di siang
hari ketika si pemudi sambil martonun (bertenun) pemuda menggoda dengan undang-undang atau marhuling-hulingan.** Jika si pemudi sedang manduda eme (menumbuk padi), sang pemuda dengan
sigap membantu manduda, dan pemudi sambil menjaga eme (padi) yang sedang ditumbuk
agar tidak tumpah dari pinggiran lubang losung (lesung), juga
ada yang sambil menampi beras dengan gaya malu-malu.
Martandang di malam hari, seperti
di siang hari mereka akan bersenda gurau dengan undang-undang atau
marhuling-hulingan, juga bernyanyi bersahut-sahutan. Biasanya para
pemuda disuguhi minuman kopi atau teh hangat dan penganan kacang, ubi
rambat atau singkong rebus. Martandang malam bisa berlanjut
dengan si pemuda atau para pemuda nginap di rumah pemudi karena jarak antar
huta jauh, disebut martandang modom (bertandang
nginap/tidur). Biasanya pemuda berbekal sarung atau ulos yang dikalungkan di leher,
sekaligus untuk keperluan tidur, jika tidak keluarga atau si pemudi akan
menyediakan sarung untuk digunakan. Kalau di jaman kuno, pemuda tidur di sopo (tempat menyimpan padi), para
pemudi di rumah (jabu).
__________________
* Klik juga: Huta, Lumban, Sosor dan Huta Pagaran dan Undang-undang dan Huling-hulingan
No comments:
Post a Comment