TRIBUN-MEDAN.com -
Sungguh kisah memilukan yang dialami Susi Juliana Simajuntak.
Wanita cantik yang baru dinikahi suaminya 7 bulan ini, bak ditusuk sembilu saat membongkar kedok sebenarnya siapa suaminya.
Kisah itu ia bagikan di halaman Facebooknya menceritakan bagaimana
sang suami begittu kejam ternyata selama ini menjalani hubungan sedarah
dengan adik kandungnya.
Ia malah mendapati kenyataan pahit, tapi memang manusia boleh berkehandak, tetapi takdir dari Tuhanlah yang menentukan.
Suaminya Lucen Ricardo Aritonang, yang baru menikahinya itu ternyata
sebelumnya telah menikahi seorang wanita lain dan memiliki seorang anak
laki-laki.
Wanita lain tersebut adalah adik kandung suaminya sendiri, Erlinda
Aritonang, bahkan nama keduanya pun tercatat dalam Kartu Kerluarga dan
menurut tetangga kediaman orang tua suaminya, kedua kakak beradik itu
memang pasangan suami istri.
Facebook
Facebook
Sungguh sebuah kisah di luar akal sehat manusia.
Melalui media sosialnya dengan akun Facebook bernama Dek Yuli S, Susi
Juliana Simanjuntak mencurahkan isi hatinya dan menceritakan kisah
rumah tangganya yang memilukan ini.
Berikut Postingan Susi yang bikin nangis.
“SEKEDAR BERBAGI
Saya baru menikah 7 bulan yang lalu di Medan dengan seorang pria bernama LUCEN RICARDO ARITONANG asal Sitompul-Tarutung.
Anak dari mertua saya L.br.sitompul (mertua laki-laki saya sudah
meninggal) Suami saya ini dibesarkan oleh adik perempuan mertua saya
(tante suami saya) yg menikah dgn seorang pendeta yaitu Pdt. E. Mungkur,
S.Th sejak usia 2thn yg dipanggil oleh suami saya dengan sebutan papi
dan mami, juga memberkati pernikahan kami.
Sebelumnya kami menjalani hubungan pacaran 2 thn dan long distance.
Suami saya bekerja disebuah perusahaan swasta di kecamatan Duri Mandau-Riau.
Dia tinggal disana dengan seorang adik perempuannya kandung yg bernama ERLINDA ARITONANG. Adik perempuannya ini mempunyai seorang anak laki2 yg kondisi mentalnya (maaf) kurang normal.
Tidak ada kejanggalan yang saya rasakan hingga hari pernikahan kami.
Ketika hari pernikahan kami tiba ada sedikit kejanggalan yang
saya perhatikan, dimana selama prosesi pernikahan berlangsung sejak pagi
hingga malam (pulang kerumah mertua dari gedung) tidak sekalipun adik
perempuannya itu (Linda) menyalam saya. Dan ketika giliran sesi foto
keluarga mereka di gereja, adik perempuannya itu menghantarkan anaknya
kepada suami saya.
Kemudian setelah selesai acara selama 2 malam kami menginap dihotel karena rumah mertua penuh. Setiap
pagi selama dua hari berturut-turut adik ipar saya itu selalu menelepon
suami saya dan memintanya untuk segera pulang dengan berbagai alasan
yang dibuat-buat, namun saya berhasil menggagalkannya.
Dan dihari ketiga kami berumah tangga kami menginap di rumah
mertua (orgtua angkat suami saya yg juga tante kandungnya). Namun
keganjalan itu muncul lagi, ketika kami masuk ke dalam kamar (di lt.2
rumah) , tidak lama anak dari adik ipar saya itu menangis di depan kamar
kami. Dan suami saya membuka pintu kamar dan membawa anak itu masuk ke
kamar kami.
Saya mulai heran kenapa anak itu bisa ada di depan kamar kami
(krn biasanya anak itu tidak pernah dibiarkan naik sendiri ke lt. 2
rumah) saya kemudian turun untuk melihat keadaan dibawah dan saya
melihat mamanya (adik ipar saya/Linda) sedang asik main2 hp. Setelah
saya naik kembali ke kamar dan memberitahu suami saya, ternyata suami
saya marah dan menyalahkan saya dan tidak lama kemudian adik ipar saya
meng BBM suami saya untuk membuat susu anaknya dan mengganti baju
anaknya dan suami saya melakukan perintahnya.
Terjadi pertangkaran antara saya dan suami waktu itu namun
akhirnya saya mengalah. Banyak kejanggalan lagi hingga akhirnya kami
tinggal di Duri-Riau. Setiap waktu luang suami saya selalu dihabiskan di
rumah adik kandungnya Erlinda, sedangkan saya di rumah sendirian. Suami
saya juga tidak jujur terhadap penghasilannya tiap bulan. Dia tetap
membiayai penuh adik perempuannya dan anaknya yang berusia 5thn yg
bersekolah di sekolah swasta khusus anak berkebutuhan khusus.
Sementara kami belum punya apa2 di rumah dan uang saya terima
bahkan tidak cukup untuk makan kami sehari-hari. Namun yang itu harus
saya pergunakan untuk semua kebutuhan kami termasuk membayar kontrak
rumah. Akhirnya tiga minggu di Duri saya memutuskan untuk pulang karena
suami saya tidak mau jujur.
Saya permisi pulang dengan niat supaya kita bisa introspeksi diri masing-masing.
Empat bulan di medan saya tidak dinafkahi sama sekali. Dan suami
saya membujuk saya pulang dengan janji akan memperlakukan saya seperti
seorang istri…
Awal November saya pulang ke Duri-Riau dan ternyata suami saya tidak berubah malah makin parah. Dia
tetap tidak jujur soal penghasilannya (tiap ditanya dia jawab: “bukan
urusan mu” ). Dia tetap menghabiskan waktu uangnya dengan adik
perempuannya.
Hingga tanggal 17 November 2017, pagi2 buta sekitar pkl. 6
lebih.. suami saya pergi diam-diam kerumah adik perempuannya dengan cara
keluar lewat jendela (saya masih tidur) krn masih hujan. Ketika saya
terbangun saya mencari suami saya dan tetangga dpn rumah memberitau
kalau suami saya pergi lewat jendela.
Kemudian saya mencarinya dengan menggunakan ojek kerumah adik
perempuannya. Sekitar satu jam saya mencari akhirnya saya menemukan
rumah adik ipar saya di jalan KAYANGAN hangtuah (BELAKANG AMIK MITRAGAMA
DURI-RIAU)karena melihat sepeda motor suami saya parkir didepan rmh itu
(sebelumnya saya tidak tau rumah adik ipar saya karena saya tidak di
bolehkan suami dan mertua saya untuk ikut kesana).
Saya melihat mereka berduaan di dalam rumah dan suami saya
menemani adik perempuannya sarapan lontong yang di belikan suami saya.
Pemandangan yang cukup romantis menurut saya. Hingga mereka sangat
terkejut melihat saya berdiri di dpn pintu. Saya meminta suami saya
pulang supaya kami bicarakan semua dirumah namun suami saya tidak mau.
Adik ipar saya malah bilang “jangan kau bikin ribut di rumah kami”.
Akhirnya saya marah dan mengatakan agar tidak lagi mengganggu rumah
tangga kami. Akhirnya terjadi adu mulut dan suami saya menyeret saya ke
dalam rumah itu kemudian memegangi saya sehingga adik kandungnya itu
bebas memukuli saya hingga memar di bagian kening.
Saya melaporkan kejadian ini ke Polsek Duri Mandau namun mereka
tidak menanggapi masalah keluarga kemudian saya melaporkan ke RT tempat
tinggal mereka atas kelakuan mereka selama ini, ternyata RT bilang
Mereka adalah Suami istri dan memberikan kartu keluarga mereka sebagai
bukti kepada RT ketika baru pindah emoat thn yang lalu, saya pun
menjelaskan bahwa mereka abang beradik kandung dan saya istri sahnya
sambil menunjukkan akta nikah catatan sipil kami dan foto2 pernikahan
kami. Akhirnya RT pun mengusir adik ipar saya itu (Linda) karena telah
menipu dan kumpul kebo.
Kemudian pertengkaran dalam rumah tangga kami makin sering
terjadi hingga suami saya main tangan, hingga saya melaporkannya lagi ke
Polsek Mandau Duri-riau (8 desember 2017) . Dan belum diproses hingga
sekarang.
Saya pernah mengadukan masalah ini kepada ibu mertua saya via tlp
namun beliau malah bilang: “sampai kapanpun ga bisa kau pisahkan si
luken dan si linda, kalau kau ga tahan kau aja yg pergi biar mereka bisa
sama-samalagi..”. Akhirnya saya mendatangi kantornya dan melaporkan
kejadian itu kepada HRD nya, tp HRD nya malah bilang suami saya sudah
lama menikah dan menunjukkan kartu keluarga suami saya yg berstatus
menikah dan istrinya adalah ERLINDA, dan anak haram itu ternyata anak
mereka.
(Mimin tidak setuju ya kalau anak dibilang haram yang haram perbuatan orgtua nya- maaf disini mimin memberi tambahan)
Baca juga: Usai Menikah Secara Islami, Kedua Mempelai Jalani Pemberkatan di Gereja.
Sambil menangis saya menunjukkan akta nikah gereja dan akta nikah
sipil kami beswrat foto2 pernikahan kami. Akhirnya HRD nya percaya pada
saya dan berjanji akan memberi sanksi pada suami saya karena juga
menipu perusahaan selama 5 thn (kartu keluarga dan KTP nya itu diberikan
sejak 2012). Saya sudah menghubungi keluarganya pihak aritonang dari
silando via tlp tp mereka lepas tangan, saya sdh menghubungi pihak
tulang dari suami saya tapi juga lepas tangan dengan alasan dilarang
ikut campur oleh mertua saya, bahkan saya dan orgtua saya sudah
mendatangi orgtua angkatnya (yang adalah tante suami saya) di kompleks
gereja HKBP PABRIK TENUN, untuk minta jalan keluarnya tapi juga
menjawab: “mamaknya sudah bilang sama kami kalau kami bukan orgtuanya
jadi jangan ikut campur, maka kami tidak bisa berbuat apa-apa.
Saya, orgtua saya, dan kakak-kakak saya bolak balik menelepon
orgtuanya tapi tidak diangkat bahkan no kami sekarang sudah di
blokirnya. Saya membagikan kisah ini karena saya tidak mau ada korban
mereka lagi setelah saya. Karena suami saya bilang setelah cerai dengan
saya mamaknya akan menikahkan dia lagi. Mungkin untuk menutupi aib suami
saya dan adik perempuannya itu. Karena saya pun dinikahi hanya untuk
itu. Bagi warga net yg suku batak apa boleh menikahi adik kandungnya
sendiri??? Apa adat ditarutung menghalalkan hubungan sedarah???? Apa
kelakuan suami saya, adik ipar saya dan keluarganya ini bisa
ditolerir???
Mohon pendapatnya….
saya pribadi sudah memutuskan utk tidak akan pernah lagi
melanjutkan rumah tangga ini karena saya tifak akan pernah mau berbagi
suami dengan siapapun.
(Adik ipar saya pernah bilang via tlp: “selama aku hidup tidak akan kubiarkan itoku (abang) sama kau) ”, demikian curhatan Susi pada akun Facebooknya.
Beredar pula postingan Erlinda Aritonang, adik kandung Lucen Ricardo
Aritonang di akun Facebooknya yang menegaskan bahwa hubungan sedarah
antara ia dengan kakak kandungnya direstui oleh ibunya.
Facebook
Ini Beberaa bukti pernikahan keduanya :
Erlinda Aritonang ()
Facebook ()
Facebook ()
Kartu Keluarga
(Sripoku.com/Candra)
http://medan.tribunnews.com
No comments:
Post a Comment