Laporan Wartawan Tribun Medan, Arjuna Bakkara
TRIBUN-MEDAN.COM, SAMOSIR - Berbagai upaya telah dilakukan dalam pencarian korban atas tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Senin (18/6/2018) lalu. Sejak tenggelamnya kapal tersebut, hingga hari ke-5, total 
korban yang ditemukan baru 22 orang, yakni di antaranya 3 korban 
meninggal dunia dan 19 orang korban selamat.
Sedangkan dugaan 184 korban lagi dinyatakan hilang masih dalam pencarian.
Hingga saat ini, pencarian korban di hari ke lima belum membuahkan hasil. Penduduk Pulau Samosir, khususnya Keturunan Silau Raja pun turut menggelar doa (ritual) Pangelekan (permohonan) di Perairan Danau Toba dan juga di Tao (Pulau) Malau, Samosir Jumat (22/6/2018).
Baca juga : SI BORU NANTINJO AWAL TERJADINYA PULAU MALAU
Menurut silsilah batak Silau Raja adalah anak lelaki bungsu Guru Tatea Bulan dan Si Boru Baso Burning. Empat abang Silau Raja  adalah Raja Uji, Saribu Raja, Limbong Mulana dan Sagala Raja.
Silau Raja memiliki empat anak laki-laki yakni, Malau, Manik, Ambarita dan Gurning.
Guru Tatea Bulan memiliki empat putri, salah seorang adalah Nantinjo yang dikisahkan memilih bunuh diri dengan menceburkan diri ke Danau Toba karena menolak dijodohkan pada lelaki yang tidak dia sukai. Keturunan Tatea Bulan, termasuk dari Silau Raja menyapa Nantinjo sebagai namboru atau bibi.
"Kami marga Malau punya hubungan emosional kepada Namboru kami Nantinjo yang memiliki kekuatan di Danau Toba
 ini. Dengan kejadian ini, kami prihatin dan tentu berupaya dalam doa. 
Mudah-mudahan melalui acara doa (ritual) ini, Tuhan yang maha kuasa dan 
juga Namboru kami memberi kemudahan dalam pencarian korban, serta 
membantu orang-orang yang melakukan pencarian,"ujar Krimson Malau (Oppu 
Yandra).

Ritual doa di Danau Toba. Foto: Tribun-Medan.com/Arjuna Bakkara.
Kata Krimson, berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami marga Malau di Danau Toba, apabila mereka naik kapal jika berdoa kepada namboru Nantinjo dengan media sirih, maka cuaca bisa tenang.
Disebutnya, saat ini keluarga korban banyak yang panik, sehingga mereka melakukan ritual itu. Ritual ini spontanitas mereka lakukan, sebagai kepedulian untuk turut memudahkan pencarian korban.
Ritual itu dipimpin Oppu Martupa Malau dari Huta Salaon, Samosir.

Penduduk Samosir, khususnya Keturunan Marga "Silau Raja" menggelar doa/ ritual 'Pangelekan' di Tao Malau dan Perairan Danau Toba, Samosir Jumat (22/6/2018). Ritus tersebut ditujukan agar pencarian korban KM Sinar Bangun oleh berbagai pihak dapat membuahkan hasil.
Dari dermaga (pelabuhan) Simanindo, mereka berangkat menuju Tao Malau menggunakan kapal.
Mereka yang ada pada ritual itu adalah Marga Malau dan boru Malau sebagaimana turunan dari kelompok marga "Silau Raja" yang menyebut "Nantinjo" namborunya, atau bibi dari leluhurnya.
Oppu Martupa mengenakan olos, tiba di Tao Malau memanjatkan doa-doa dengan cara kepercayaan Batak Purba.
Sirih 
"napuran" beserta jeruk purut dijadikan media komunikasi terhadap Sang 
Pencipta, dan khususnya leluhur mereka yang dikenal dengan sebutan 
"Namboru Nantinjo".

Ritual doa di Danau Toba. Foto: Tribun-Medan.com/Arjuna Bakkara.
Ritual tersebut bertujuan "mangelek" atau berdoa kepada "Namboru Nantinjo" yang diyakini menjaga Danau itu.
Dalam doanya, terlebih dahulu mereka memohon maaf atas keusilan manusia yang mengotori danau.
Setelah itu memanjatkan doa-doa permohonan di Tao Malau.
Rombongan marga Malau pergi ke tengah danau membawa sebuah piring berisi beras, sirih, dan telur ayam kampung.
Usai doa di danau, kemudian mereka kembali ke daratan.
Dalam hajatan ini, fokus pada doa agar tim SAR, relawan, dan semua pihak yang melakukan pencarian korban juga dimudahkan dan diberikan keselamatan.


Ritual doa di Danau Toba. Foto: Tribun-Medan.com/Arjuna Bakkara.
Ritual tersebut bertujuan "mangelek" atau berdoa kepada "Namboru Nantinjo" yang diyakini menjaga Danau itu.
Dalam doanya, terlebih dahulu mereka memohon maaf atas keusilan manusia yang mengotori danau.
Setelah itu memanjatkan doa-doa permohonan di Tao Malau.
Rombongan marga Malau pergi ke tengah danau membawa sebuah piring berisi beras, sirih, dan telur ayam kampung.
Usai doa di danau, kemudian mereka kembali ke daratan.
Dalam hajatan ini, fokus pada doa agar tim SAR, relawan, dan semua pihak yang melakukan pencarian korban juga dimudahkan dan diberikan keselamatan.

Ritual doa di Danau Toba. Foto: Tribun-Medan.com/Arjuna Bakkara.
BACA JUGA : RITUAL ADAT DIPERCAYA TOKOH SAMOSIR 
Sebelumnya Doa Bersama
Sebelumnya,
 dua hari setelah kejadian dan memulai pencarian, keluarga dan tim 
gabungan menggelar kebaktian di Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir.
Tak hanya itu Polres Samosir juga menggelar doa dan 1000 lilin untuk penumpang KM Sinar Bangun, Rabu (20/6/2018) malam.
Banyak warga internet mengunggah video prosesi kebaktian ke media sosial.
Data hingga Kamis (21/6/2018) sekitar pukul 11.45 WIB, tim gabungan sudah menemukan tiga jenazah.
Selain itu, tim dibantu masyarakat berhasil mengevakuasi 18 penumpang yang selamat.
Hal ini katanya, sebagai penyebab juga kegagalan Basarnas menemukan mayat korban KM Sinar Bangun.
"Beda pencarian di danau dengan di laut karena pencarian di laut 
lebih gampang daripada di danau. Kalau di danau tingkat kedinginan air 
lebih dingin," ujarnya, Kamis (21/6/2018).
Selain penyelam yang tak diperbolehkan menyelam melewati batas 40 
meter, penyelam juga kesulitan naik ke permukaan karena banyaknya dan 
tingginya rumput di Danau Toba.
"Selesai penyelaman para penyelam susah untuk naik ke permukaan air 
dikarenakan adanya rumput danau dan tingkat dingin air," tambahnya.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Pol Tito 
Karnavian turun langsung untuk melihat kondisi terkini di Danau Toba, 
Kamis (21/6/2018).
Tiba di lokasi, kedua Jenderal bintang empat ini langsung memberikan instruksi kepada jajarannya.
Berikut instruksi kedua jenderal tersebut:
1. Kepolisian akan mencari tahu terlebih dahulu, berapa orang yang 
hilang karena data belum valid. Untuk mengetahui jumlah penumpang yang 
masuk ke pelabuhan, maka bisa dilihat dari tag, karena setiap orang 
diduga dipungut biaya Rp 1.000,- per orang. Dari sini akan dicari 
tahu berapa jumlah uang yang didapatkan dan sesuai keterangan dari 
korban selamat. Sehingga bisa diyakinkan jumlah korban berapa, sehingga 
tidak simpang siur. Karena permasalahannya kapal ini tidak dilengkapi 
dengan manifest
2. Basarnas akan terus melakukan pencarian, dengan berpedoman pada 
jumlah korban hilang yang terdata sementara, karena pencarian sudah 
dilakukan dipermukaan dengan SOP yang dimiliki Basarnas.
3. Akan menyiapkan beberapa unit alat canggih lagi yang akan di 
perbantukan. Karena untuk menentukan di mana titik kapal berada dari 
permukaan, hal itu memerlukan alat canggih yang didatangkan dari Jakarta
 sore hari ini. "Kita akan datangkan Multibeam Side Scan Sonar, yaitu 
alat yang mampu mendeteksi 500-600 Meter didalam air milik Angkatan 
Laut," kata Hadi di di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Kamis 
(21/6/2018).

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto|Tribun-Medan.com/Dimaz.
4. Setelah letak kapal bisa ditentukan, akan dilanjutkan dengan 
melakukan teknik mengambil korban. Entah menggunakan jangkar atau dengan
 teknik yang lain.
5. Apabila kapal tersebut karam melebihi kedalaman 50 meter, tim 
Basarna tidak bisa mengandalkan penyelam. "Penyelam hanya mampu menyelam
 paling jauh kedalaman 50 meter," ujar Panglima Hadi.
6. Menginstruksikan agar menggunakan alat untuk mengambil korban di 
kedalaman yang tidak terjangkau. Jadi apabila korban yang ada didalam 
kapal keluar kemudian menyangkut di antara ganggang dan bisa ditemukan 
lokasinya, maka akan dilakukan pengambilan menggunakan alat.
7. Operasi pengambilan korban hilang tidak batasi sampai jam 18.00 
WIB. Apabila kapal posisinya sudah ditemukan, akan kerahkan lighting di 
tengah danau untuk memberikan penerangan pada tim SAR untuk mengambil 
korban.
8. Besok pagi, Jumat (22/6/2018) akan mendatangkan satu pesawat dari 
Basarnas untuk menyisir di setiap sudut pantai di Danau Toba, yang 
kemungkinan korban tersebut terbawa arus.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. |Tribun-Medan.com/Dimaz.
Sebagaimana diketahui, atas kejadian tenggelamnya KM Sinar Bangun di 
Danau Toba, Senin (18/6/2018) lalu, telah mengorbankan 200 orang 
penumpang, di antaranya 18 orang selamat dan 3 orang meninggal.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo langsung melakukan konferensi pers di Istana Presiden Bogor, Rabu (20/6/2018) sore.
Presiden Joko Widodo menegaskan, peristiwa tenggelamnya Kapal Motor 
Sinar Bangun di perairan Danau Toba Sumatera Utara, tidak boleh terulang
 kembali di masa mendatang.
"Saya minta kasus seperti ini tidak terulang lagi," ujar Jokowi .
Presiden Jokowi sudah meminta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi 
mengevaluasi seluruh standard keselamatan angkutan penyeberangan secara 
umum, termasuk di pelosok Indonesia.
Selain itu, Presiden Jokowi juga meminta Kemenhub dan Dinas 
Perhubungan di seluruh provinsi yang ada di Indonesia rutin mengecek 
kelaikan angkutan penyeberangan.
"Saya juga minta ke Kemenhub dan Dinas Perhubungan di daerah selalu 
rutin melakukan pengecekan berkala, demi keamanan dan keselamatan 
penumpang," ujar Jokowi.
Presiden Jokowi sekaligus meminta pemilik kapal angkutan 
penyeberangan untuk juga mematuhi peraturan dan memenuhi standard 
kelaikan serta keamanan penumpang.
"Bagi semua pemilik kapal, patuhi semua peraturan yang ada, utamakan 
keselamatan dari penumpang dan ikuti petunjuk serta arahan dari BMKG 
mengenai prakiraan dan potensi adanya cuaca buruk," ujar Jokowi.
Sampaikan Duka Cita pada Keluarga Korban
"Atas nama pribadi dan seluruh masyarakat Indonesia, kita 
menyampaikan duka cita yang mendalam atas korban meninggal dunia dalam 
musibah tersebut," ujar Jokowi .
Untuk penumpang yang belum ditemukan, Presiden Jokowi sudah 
menginstruksikan TNI, Polri, Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Badan 
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menemukannya.
"Untuk korban yang hilang, saya minta Basarnas, TNI, Polri, BNPB 
untuk secepatnya dapat menemukan dan menyelamatkan korban," ujar Jokowi.
"Pemerintah akan memberikan santunan kepada keluarga korban yang 
meninggal dunia dan menjamin biaya perawatan bagi yang memerlukan 
perawatan," sambung Jokowi.
Menjadi Pelajaran Penting
Sementara itu, Ketua DPR Bambang Soesatyo turut berduka cita atas 
insiden tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Sumatera 
Utara. Ratusan orang jadi korban.
“Saya meminta petugas terus mencari saudara-saudara kita lainnya yang
 belum ditemukan. Mudah-mudahan mereka ditemukan dalam keadaan selamat,”
 ujar Bambang melalui pesan singkat, Rabu (20/6/2018).
Insiden KM Sinar Bangun, menurut dia, harus menjadi pelajaran 
penting. Terlebih, informasi yang beredar menyebut kapal penyeberangan 
itu tak dilengkapi manifes.
“Manifes penumpang bukanlah hal yang bisa disepelekan. Keselamatan dalam hal apa pun harus diutamakan,” ujar Bamsoet.
Menurut Bambang, saat ini Danau Toba merupakan kawasan penting, 
sehingga ia berharap kejadian serupa tak terjadi lagi di 
kemudian.4hari. (Cr1/cr9/Cr3/tribunmedan.com)
Penulis: Arjuna Bakkara
Editor: Abdi Tumanggor
Sumber berita : http://medan.tribunnews.com




No comments:
Post a Comment