Selain  Jakarta, Bandung adalah kota tujuan lain perantauan orang Batak di Pulau  Jawa. Belum jelas kapan pertama kali halak hita menginjakkan kaki di  Bandung.
Namun menurut perkiraan EM Bruner pada  tahun 1930-an, sudah ada 15 keluarga Batak di Kota Kembang dengan jumlah  120 orang. Sekarang bersama Bekasi, Bandung merupakan kota yang memberi  kontribusi pertumbuhan cepat orang Batak di Jawa Barat. 
Menurut Sensus 2010, orang Batak di Jabar berjumlah 467.438 jiwa, meningkat 70 persen dibandingkan tahun 2000 yang cuma berjumlah 275.000 jiwa.
Nah, merantau ke Bandung, yang didominasi kultur Sunda, orang Batak sebagai minoritas ternyata pintar beradaptasi. Itu makanya banyak halak hita di Bandung memiliki ciri khas tersendiri dibanding daerah perantauan lain.
Berikut 3 ciri khas orang Batak di Bandung:
Lancar Bahasa Sunda
ilustrasi/kpl 
Jangan heran jika kalian melihat saudara kalian yang tinggal di Bandung, lancar sekali Bahasa Sunda. Bahkan, sampai Bahasa Sunda yang halus sekalipun dia biasa.
Jangan heran jika kalian melihat saudara kalian yang tinggal di Bandung, lancar sekali Bahasa Sunda. Bahkan, sampai Bahasa Sunda yang halus sekalipun dia biasa.
Hal ini wajar karena sekolah-sekolah dasar umum di Kota Kembang itu, setidaknya pada 1970-an, bahasa pengantarnya adalah Bahasa Sunda.
Konsekuensinya, menurut Dr Togar Nainggolan (2012), keluarga-keluarga Batak berbicara Bahasa Sunda dan Indonesia kepada anak-anak mereka yang masih kecil, sebagai persiapan memasuki jenjang sekolah.
Pada akhirnya, bahasa sehari-hari di  dalam keluarga Batak di Bandung adalah Bahasa Sunda dan Bahasa  Indonesia. Sangat jarang Bahasa Batak.
Itu makanya jangan heran kalau kalian datang ke arisan marga kalian di Bandung, ada sebagian orang, biasanya kelompok ina (ibu) dan naposo (muda-mudi), yang malah berbahasa Sunda. Atuh inang….. :)
Bicara Halus
Foto : dok. Pribadi
Tidak cuma  beradaptasi secara bahasa, orang Batak di Bandung juga menyesuaikan  gaya bicara keras dan lantang yang dibawa dari Bona Pasogit, menjadi  lebih halus.
Menurut Dr Togar Nainggolan (2012), pada perkenalan dengan kultur Sunda, orang Batak ditekankan bahwa kultur lokal lebih halus (civilized) dari pada halak hita.
Itu makanya salah satu aspek proses penyesuaian diri orang Batak di Bandung adalah belajar menjadi kurang agresif, memperhalus sifat-sifat kasar, dan berbicara dengan nada suara yang lebih rendah.
Tata Krama ala Sunda

 Foto : dok. Pribadi
Tidak hanya menyesuaikan bahasa dan cara bertutur, orang Batak di Bandung juga beradaptasi dengan tata krama ala Sunda.
Menurut Bruner (1974), untuk bisa bertahan hidup di Bandung dan berkomunikasi dengan orang Sunda, orang Batak merasa tidak boleh bersikap natural dan menjadi ‘dirinya sendiri’. Halak hita harus mengambil pola sikap Sunda yang jauh lebih sensitif.
Itu makanya untuk bisa bertata krama ala Sunda, biasanya ada sesi ‘mentoring’ bagi orang Batak yang baru datang dari huta ke Bandung.
Oleh kerabatnya yang sudah lama tinggal di Bandung, para perantau Baru itu dididik untuk 'menjunjung langit di bumi yang dia pijak’. Keren kan orang Batak itu… :)
Artikel Asli : batakgaul 





No comments:
Post a Comment