Selamat Datang di Blog Pribadi saya ini, Blog ini berisi beberapa Artikel, banyak hal yang Anda alami ketika berkunjung ke Blog ini, terima kasih atas kunjungannya. Welcome to the Personal Blog, this blog contains a variety of articles, thank you for your visit.

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Wednesday, 28 December 2016

Lahir pada 25 Desember, Pria Ini Diberi Nama "Slamet Hari Natal"

Slamet Hari Natal saat menunjukkan KTP miliknya di rumahnya, Desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Selasa (27/12/2016)


Kontributor Malang, Andi Hartik

MALANG, KOMPAS.com — Pria di Jalan Sangadi, RT 24 RW 8, Desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, ini memliki nama yang unik.
Karena lahir bertepatan dengan perayaan Natal, yakni pada 25 Desember 1962, ia lantas diberi nama Slamet Hari Natal.

"Iya, itu benar nama saya," katanya saat ditemui di rumahnya, Selasa (27/12/2016).
Begitu juga dengan yang tertera pada KTP dan kartu keluarga miliknya. Di situ tertulis nama "Slamet Hari Natal".

"Sebenarnya, Selamat Hari Natal, tetapi karena orang Jawa, jadinya Slamet. Terus di KTP juga tertulis begitu," ujarnya.

Ia menceritakan awal mula orangtuanya memberi nama Slamet Hari Natal. Ketika itu, ia dilahirkan di rumah Akas Kiyo, seorang bidan di Desa Kebonsari, Tumpang.

Kebetulan, bidan desa itu beragama Kristen Jawi Wetan. Karena lahir bertepatan dengan perayaan hari Natal, bidan itu menyarankan supaya diberi nama Selamat Hari Natal yang kemudian menjadi Slamet Hari Natal. Saran bidan itu diterima oleh orangtua Slamet yang sebenarnya beragama Islam.

"Pas melahirkan di salah satu bidan, orangtua melahirkan pas Natal. Ketimbang mikir buat nama sulit-sulit, diberi nama Slamet Hari Natal," katanya.

Slamet Hari Natal saat ini sudah berusia 54 tahun. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Ngatinah dan Syamsuri.

Ia hanya memiliki satu saudara, yaitu kakak perempuannya yang bernama Mujiati.
Meski bernama Slamet Hari Natal dan beragama Islam, ia mengaku tidak pernah mendapat makian. Menurut dia, di kampungnya sudah terjalin rasa toleransi.
"Tidak pernah (dicaci). Di sini sudah toleran," katanya


Selasa, 27 Desember 2016 | 15:01 WIB

Artikel Asli : regional.kompas.com

No comments:

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages