Ilustrasi pembuatan ulos/kemepar
Hari ini seharusnya hari yang penuh sukacita bagi Bangso Batak semua. Sebab, setiap tanggal 17 Oktober seperti hari ini, halak hita merayakan Hari Ulos Nasional.
Khusus pada 2016, Hari Ulos Nasional
adalah yang ke-2. Ini diambil dari penetapan Direktorat Jenderal
Kebudayan Kementerian Pendidikan Nasional bahwa ulos adalah warisan
budaya tak benda nasional pada 17 Oktober 2014.
Sejumlah acara dilakukan halak hita dalam perayaan kali ini. Salah satunya peringatan Hari Ulos Nasional di Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional, Medan, Senin (17/10).
Acara ini akan dihadiri oleh Gubernur
Sumut Erry Nuradi dan Wakil Ketua DPD GKR Ratu Hemas ini juga sekaligus
mengusulkan secara resmi ulos sebagai warisan dunia ke UNESCO.
Setidaknya ada 5 kegiatan utama dalam acara ini, yakni:
- Pameran Ulos Kabupaten/Kota
- Fashion Show Busana Ulos
- Galeri Ulos
- Talk Show Ulos Menuju Dunia
- Atraksi Budaya Batak dan Hiburan
Ulos atau kain tenun khas Batak dari Danau Toba, Sumatera Utara, dibuat tak hanya untuk menjadi pakaian yang dapat dikenakan sehari-hari namun juga menjadi simbol status dan seringkali dipersembahkan sebagai warisan berharga atau pemberian saat upacara adat baik saat melahirkan, pernikahan maupun kematian.
Umumnya, Ulos memiliki warna biru, merah gelap, hitam atau
putih. Warna putih melambangkan kesucian, hitam melambangkan keabadian
dan merah melambangkan keberanian. Saat ini, Ulos juga didesain menjadi
pakaian yang modern nan elegan.
Kumpul di Medan, Partonun Ungkap Alasan Kenapa Ulos Tenun Mahal
Peringatan
Hari Ulos Tahun ke-2 yang jatuh hari ini digelar di Medan, Sumatera
Utara. Dalam acara tersebut, tampak hadir Partonun (penenun) ulos Batak
dari berbagai daerah di Sumatera Utara.
Dua partonun ulos, Riama boru Panggabean dan Roida boru
Sihotang mengatakan, mereka datang ke Medan khusus untuk memeriahkan
perayaan Hari Ulos Tahun 2016. Biasanya mereka menggeluti usahanya di
Desa Lumban Siagian Julu, Kecamatan Siatas Barita, Tapanuli Utara.
"Datang ke mari untuk memeriahkan hari ulos. Biasanya kami
memasarkannya di Pajak. Ada beberapa ulos seperti Ragi Hotang, Piala,
Sadum, Tumtuman yang kami pasarkan," ujar boru Panggabean.
Mereka memamerkan hasil tenunan sekaligus berjualan di
sela-sela perayaan yang digelar di Convention Hall Hotel Danau Toba
yang berada di Jalan Imam Bonjol, Medan, Senin (17/10).
Boru Panggabean dan Boru Sihotang itu bercerita, sudah bergelut sebagai penenun ulos selama 18 tahun.
Untuk membuat satu ulos, mereka memerlukan waktu selama
satu bulan atau bahkan sampai tiga bulan. Oleh karena itulah mereka
mengaku kalau harga satu ulos hasil tenunan itu bisa mencapai Rp 3 juta.
Selain Boru Panggabean dan Boru Sihotang, para penenun
ulos tersebut antara lain datang dari Humbahas, Deli Serdang, Karo, Ryaa
Collection, Tina, Royana Collection, Robert Sianipar, Siantar Kota,
Tenun Sipirok, Andaliman, Tapanuli Selatan, Serdang Bedagai, Tapanuli
Utara, Unimed, Toba Samosir dan dari Dinas Koperasi UKM Provinsi
Sumatera Utara.
Untuk diketahui, Hari Ulos Nasional pada
2016 ini adalah yang ke-2. Ini diambil dari penetapan Direktorat
Jenderal Kebudayan Kementerian Pendidikan Nasional bahwa ulos adalah
warisan budaya tak benda nasional pada 17 Oktober 2014.
No comments:
Post a Comment